BAB I
LOKASI DAN LUAS WILAYAH
1.
Lokasi Absolut
DKI Jakarta merupakan
daerah yang terletak di 5° 19' 12" - 6°
23' 54" LS dan 106° 22' 42" -
106° 58' 18"BT.
2.
Lokasi Relatif
Di sebelah selatan dan
timur DKI
Jakarta berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota
Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat
dengan Kota Tangerang dan Kabupaten
Tangerang, serta di sebelah utara
dengan Laut Jawa.
3.
Peta Administrasi DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi
5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten administratif, yakni: Kota
administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara 142,20
km2, Jakarta Barat 126,15 km2,
Jakarta Selatan 145,73 km2, dan
Kota administrasi Jakarta Timur 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu 11,81 km2.
Di sebelah Utara membentang pantai
sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah
kanal. Di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten
Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah Barat dengan Kota Tangerang
dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah Utara dengan Laut Jawa.
a.
Kota Administrasi Jakarta Pusat
1. Kecamatan Gambir
2. Kecamatan Tanah
Abang
3. Kecamatan Menteng
4. Kecamatan Senen
5. Kecamatan Cempaka
Putih
6. Kecamatan Johar Baru
7. Kecamatan Kemayoran
8. Kecamatan Sawah
Besar
b. Kota Administrasi Jakarta Barat
1. Kecamatan Cengkareng
2. Kecamatan Grogol
Petamburan
3. Kecamatan Kalideres
4. Kecamatan Kebon Jeruk
5. Kecamatan Kembangan
6. Kecamatan Palmerah
7. Kecamatan Taman Sari
8. Kecamatan Tambora
c. Kota Administrasi Jakarta Selatan
1. Kecamatan Kebayoran
Baru
2. Kecamatan Kebayoran
Lama
3. Kecamatan Pesanggrahan
4. Kecamatan Cilandak
5. Kecamatan Pasar
Minggu
6. Kecamatan Jagakarsa
7. Kecamatan Mampang
Prapatan
8. Kecamatan Pancoran
9. Kecamatan Tebet
10. Kecamatan Setiabudi
d. Kota Administrasi Jakarta Timur
1. Kecamatan Matraman
2. Kecamatan Pulo
Gadung
3. Kecamatan Jatinegara
4. Kecamatan Duren
Sawit
5. Kecamatan Kramat
Jati
6. Kecamatan Makasar
7. Kecamatan Pasar Rebo
8. Kecamatan Ciracas
9. Kecamatan Cipayung
e. Kota Administrasi Jakarta Utara
1. Kecamatan Koja
2. Kecamatan Kelapa
Gading
3. Kecamatan Tanjung
Priok
4. Kecamatan Pademangan
5. Kecamatan
Penjaringan
6. Kecamatan Cilincing
f. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
1. Kecamatan Kepulauan
Seribu Utara
2. Kecamatan Kepulauan
Seribu Selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI
Jakarta) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota
di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di Tatar
Pasundan, bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda
Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra
(1619-1942), Jakarta Tokubetsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di
dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih
populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City
(Big Apple) di Indonesia.
4.
Luas wilayah
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52
km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).
Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,
merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan
kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN,
perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan
lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani
oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim
Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.
BAB II
KONDISI
FISIK/ALAM PROVINSI DKI JAKARTA
1.
Iklim
Wilayah
provinsi DKI Jakarta termasuk tipe iklim C dan D menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson dengan
curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2.000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk
daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27°C dengan kelembaban
antara 80% sampai 90%. Temperatur tahunan maksimum 32°C dan minimum 22°C.
Kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam.
Pada saat ini di DKI Jakarta telah
mengalami dampak dari perubahan iklim diantaranya dengan meningkatnya permukaan
air laut. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), panel ahli
untuk isu perubahan iklim, dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan
permukaan air laut setinggi 10-25 Cm, sementara diperkirakan bahwa pada tahun
2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 Cm (Greenpeace,
1988). Perubahan iklim juga menyebabkan negara-negara kepulauan seperti
Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina serta Indonesia terancam
tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Ini berarti Jakarta yang masuk
dalam dataran rendah akan ikut menuai akibatnya.
Dari hasil pemantauan suhu yang
dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada titik
pemantauan Stasiun Meteorologi Kemayoran menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara
di Jakarta setiap bulannya berubah-ubah.
Selama tahun 2012 suhu rata-rata
terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 27,7 OC dan tertinggi pada
bulan Desember yaitu sebesar 30,8 OC, apabila dibandingkan dengan tahun 2011
suhu rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 27,4 OC dan
tertinggi pada bulan September yaitu sebesar 29,3 OC, dan juga apabila
dibandingkan dengan tahun 2010, rata-rata suhu terendah terjadi pada bulan
September dan Desember yaitu 27,4 OC dan tertinggi terjadi pada bulan April
yaitu 29,5 OC.
maka pada tahun 2012 suhu rata-rata di
Provinsi DKI Jakarta telah terjadi peningkatan baik suhu terendah maupun suhu
tertinggi, hal ini menunjukan bahwa telah adanya peningkatan perubahan iklim di
Indonesia dalam kurun waktu selama 3 tahun dan untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel dibawah :
Suhu Udara Rata-rata Tahunan PROVINSI DKI
JAKARTA tahun 2013
Sumber :Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Keterangan : Kantor Pusat Badan Meteorologi dan Geofisika terdapat di
wilayah Jakarta Utara, hasil pemantauan dapat digunakan sebagai penghitungan
suhu rata-rata bulanan di
Provinsi DKI Jakarta
Selain suhu, yang mempengaruhi iklim adalah curah hujan.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2011 curah hujan terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 16,50 mm dan
pada bulan September sebesar 26,30 mm dan pada bulan Desember sebesar 17,90 mm,
maka tahun 2010 musim penghujan terjadi pada bulan Januari dan
bulan Oktober, maka wilayah
provinsi DKI Jakarta, untuk tahun 2012 curah hujan rata-rata terjadi hujan setiap bulan, kecuali bulan Agustus, sedangkan
untuk tahun 2013 hujan terjadi mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan
terjadi hujan lagi pada bulan November sampai dengan Desember hal ini
menandakan bahwa pada tahun 2013 sesuai dengan prediksi dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika untuk wilayah provinsi DKI Jakarta telah terjadi musim penghujan. Untuk lebih jelasnya tentang kondisi curah
hujan di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel dibawah :
Curah Hujan Rata-rata Bulanan PROVINSI DKI JAKARTA tahun 2013
Dari
uraian tersebut diatas, maka dapat dipastikan dengan adanya perubahan iklim
tersebut diatas maka fenomena terjadinya banjir rob yang akhir-akhir ini sering
terjadi di DKI Jakarta, bisa diakibatkan dari adanya perubahan iklim tersebut
diatas, selain juga diakibatkan penurunan permukaan tanah, dimana dari hasil
penelitian Dinas Pertambangan Provinsi DKI Jakarta dengan ITB yang menunjukkan
bahwa rata-rata penurunan tanah di DKI Jakarta adalah 1,4261 Cm, hal tersebut
terjadi akibat dari adanya eksploitasi air tanah dan berat beban bangunan.
2. Topografi
Berdasarkan
keadaan tofografinya, wilayah Provinsi DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah datar
dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0-10 m
di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir
kanal sampai batas paling Selatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta antara 5-50 m
di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang
selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal
terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50-75 m.
Wilayah
Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7
(tujuh) meter di atas permukaan laut. Namun, sekitar 40 persen wilayah Jakarta
berupa dataran yang permukaan tanahnya berada 1 - 1,5 meter di bawah muka laut
pasang. Seluruh wilayah Jakarta merupakan dataran alluvial, yang materi tanahnya
merupakan endapan hasil pengangkutan aliran permukaan dan air sungai yang
mengalir pada wilayah tersebut.
Di
samping itu, wilayah Jakarta terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat
pada kurang lebih 50 meter di bawah permukaan tanah di mana bagian selatan
terdiri atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah pantai merentang ke
bagian pedalaman sekitar 10 kilometer. Di bawahnya terdapat lapisan endapan
yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun
seluruhnya oleh endapan alluvium.
Provinsi
DKI Jakarta juga memiliki wilayah pesisir yang cukup luas, yaitu sekitar 155,01
km2. Wilayah ini membentang dari timur sampai barat sepanjang kurang lebih 35
km, dan menjorok ke darat antara 4 sampai dengan 10 km. Wilayah pesisir Jakarta
merupakan pantai beriklim panas dengan rata-rata suhu 28,50C dan rata-rata
kelembaban 72 persen.
Provinsi
DKI Jakarta memiliki pulau-pulau kecil yang terletak di Kabupaten Administratif
Kepulauan Seribu. Pulau-pulau di wilayah ini memiliki luas beragam, sebanyak 45
persen berukuran kurang dari 5 hektar, sebanyak 25 persen memiliki luas antara
5-10 hektar, dan hanya 30 persen yang luasnya lebih dari 10 hektar. Pulau-pulau
memanjang dari utara ke selatan dengan ciri-ciri berpasir putih dan bergosong
karang, iklim tropika panas dan kelembaban berkisar antara 75-99 persen.
Dari
pulau-pulau kecil tersebut, pulau yang dihuni oleh penduduk hanya berjumlah 11
pulau. Berdasarkan letaknya Kota Jakarta termasuk dalam kota delta (delta city)
yaitu kota yang berada pada muara sungai. Kota delta umumnya berada di bawah
permukaan laut, dan cukup rentan terhadap perubahan iklim. Kota delta Jakarta
dialiri oleh 13 aliran sungai dan dipengaruhi oleh air pasang surut.
Tiga
belas sungai dan dua kanal yang melewati Jakarta sebagian besar berhulu di
daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. Tiga belas sungai tersebut
yaitu: Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali
Krukut, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Baru Timur,
Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Sedangkan 2 (dua) kanal besar
yang ada yaitu Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur.
3. Jenis
Tanah
Secara
umum, karakteristik keteknikan tanah dan batuan daerah Provinsi DKI Jakarta
menunjukkan bahwa terdapat 4 karakteristik utama, yaitu:
a.
Pasir
Lempung dan Lempung Pasiran
Merupakan
endapan aluvial sungai dan pantai, berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri
dari lanau lempungan, lanau pasiran, dan lempung pasiran. Semakin ke arah utara
mendekati pantai, di permukaan berupa lanau pasiran dengan sisipan lempung
organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapan antara berselang-seling
lapisannya berkisar antara 3-12 m, namun ketebalan secara keseluruhan endapan
ini diperkirakan mencapai 300 m. Lanau lempungan tersebar secara dominan di
permukaan, abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, setempat mengandung
material organik, lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi. Lanau pasiran, kuning
keabuan, teguh, plastisitas sedang-tinggi
b.
Satuan
Pasir Lempung
Endapan
pematang pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari
berselang-seling lanau pasiran
dan pasir lempungan. Tebal endapan antara 4,5 – 13 m. Di permukaan di dominasi
oleh pasir lempungan, dengan warna coklat muda dan mudah terurai. Pasir
berbutir halus-sedang, mengandung lempung, setempat kerikilan dan pecahan
cangkang kerang. Lanau pasiran berwarna kelabu kecoklatan, lunak, plasitisitas
sedang.
c.
Satuan
Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan
Endapan
limpah banjir sungai. Satuan ini tersusun berselang-seling antara lempung
pasiran dan pasir lempungan. Lempung pasiran umumnya berwarna abu-abu
kecoklatan, coklat, dengan plasitisitas sedang, konsistensi lunak-teguh. Pasir
lempungan berwarna abu-abu, angka lepas, berukuran pasir halus-kasar, merupakan
endapan alur sungai dengan ketebalan 1,5 – 17 m.
d.
Lempung
Lanauan dan Lanau Pasiran
Endapan
kipas aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur dari atas
ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran dengan tebal palisan antara
3 – 13,5 m. Lempung lanauan tersebar secara dominan di permukaan, coklat
kemerahan hingga coklat kehitaman, lunak-teguh, plasitisitas tinggi. Lanau
pasiran, merah-kecoklatan, teguh, plasitisitas sedang-tinggi. Tufa dan
konglomerat melapuk menengah – tinggi, putih kecoklatan, berbutir pasir
halus-kasar, agak padu dan rapuh.
4. Geomorfologi
Geomorfologi
Jakarta atas dasar proses genesanya dapat dibagi menjadi dua satuan morfologi,
yakni:
1.
Dataran
Pantai
Dataran
Pantai dicirikan dengan permukaan yang relatif datar, dengan ketinggian 0-15 m
dapl, lebar 7-40 km, meliputi tanggul pematang pantai, daerah rawa, dan dataran
delta. Dataran ini dikenal juga sebagai Dataran Rendah Jakarta.Proses
terjadinya dataran rendah tempat bertumpunya kota Jakarta dan sekitarnya,
menurut Verstappen (1953), lebih muda daripada pembentukan daerah di bagian
selatan, dengan gunung-gunung yang terbentang dari Banten Selatan hingga
Periangan Timur. Terjadinya Dataran Rendah Jakarta dan sekitarnya akibat proses
pengendapan bahan-bahan vulkanis yang berasal dari gunung api Salak, Pangrango,
dan Gede.
Bahan-bahan
ini kemudian dibawa arus sungai seperti Cisadane, Angke, Ciliwung, dan Bekasi
yang bermuara di pantai utara Jawa, sehingga terbentuk lapisan-lapisan tanah
alluvial yang disebut kipas alluvial. Menurut Verstappen (1953: 67-79), dataran
rendah Jakarta dan sekitarnya telah berusia sekitar 5.000 tahun.
2.
Kipas
Gunung Api Bogor
Kipas
Gunung Api Bogor menyebar dari selatan ke utara, dengan Bogor sebagai
puncaknya. Satuaan morfologi ini ditempati rempah-rempah gunung api berupa tuf,
konglomerat, dan breksi yang sebagian telah mengalami pelapukan kuat, berwarna
merah kecoklatan. (Bemmelen,1949:654).
5. Penggunaan
Lahan
a. Sumber daya Lahan
Luas kawasan hutan dan perairan
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi
Perairan tahun 2009 di Wilayah DKI Jakarta tercatat sekitar 108.475,45 hekar atau 0,08 persen dari
total nasional. Proporsi penggunaan kawasan hutan dan perairan terluas adalah Kawasan Suaka Alan dan
Pelestarian Alam (perairan) seluas 108.000 hektar atau sekitar 99,56 persen dari total kawasan hutan di DKI Jakarta
dan Kawasan Suaka Alan dan Pelestarian Alam (Kws. Hutan) seluas 272,34 hektar. Sementara untuk
penggunaan lainnya relatif kecil hutan lidung seluas 44,76 hektar dan hutan produksi seluas 158,35 hektar.
b. Pertanian dan Pangan
Produksi padi DKI Jakarta tahun 2013
sebesar 12.451 ton meningkat dibandingkan tahun 2012 (11.044 ton) atau sekitar 0,02
persen dari produksi padi nasional, dengan tingkat produktifitas padi tahun
2013 sebesar 60,97
kw/ha lebih tinggi dibandingkan terhadap rata-rata produktivitas nasional
(51,50 kw/ha).
c.
Perikanan dan kelautan
Produksi perikanan dan kelautan Provinsi
DKI Jakarta meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi
perikanan tangkap tahun 2012 sebesar 180198 Ton berasal dari perikanan tangkap
laut. Sementara
untuk produksi perikanan budidaya terbesar adalah budidaya di laut sebesar
26.726 ton dan budidaya
kolam sebesar 5.617 ton.
6. Flora
dan Fauna
a.
Flora

Salak
Condet atau Salacca Edulis Cognita adalah salah satu
jenis buah yang sangat terkenal dari Jakarta. Salak condet sendiri memiliki
nama belakang Condet karena banyak tumbuh dan tersebar di daerah Condet.
Tepatnya di sekitar Kelurahan Balekambang, kelurahan Batu Ampar dan Kelurahan
Gedong, Jakarta Timur. Faktanya, hingga saat ini Salak Condet masih digunakan
oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai lambang resmi daerah bersama
dengan Elang Bondol yang terlihat sedang mencengkram Salak Condet pada lambang
tersebut. Salak yang juga terlihat pada Brand Logo transjakarta ini
kondisinya sangat memprihatinkan dan terancam mengalami kepunahan. Tidak jelas
berapa sisa dari salak Condet tersebut. Data empiris memperlihatkan bahwa di
tiga kelurahan tersebut sudah bukan lagi menjadi lahan yang memadai bagi
tumbuhan termasuk bagi Salak Condet. Tata kelola lahan yang tidak seimbang
antara lahan tutupan dengan lahan produktif bagi tanaman menjadi akar
permasalahannya. Sebagian besar lahan di wilayah Kelurahan Balekambang,
Kelurahan Batu Ampar dan Kelurahan Gedong telah dimanfaatkan sebagai lahan
perumahan penduduk.

Kawasan
hutan di Provinsi DKI Jakarta memiliki keanekaragaman hayati yang bervariasi sesuai
tipe ekosistemnya. Berbagai tipe ekosistem tersebut adalah ekosistem mangrove
untuk hutan produksi dan lindung serta ekosistem perairan laut, mangrove,
pesisir pantai, lamun dan daratan/terestrial untuk kawasan konservasi.
Keanekaragaman flora yang terdapat di kawasan hutan Provinsi DKI Jakarta antara
lain : tipe ekosistem mangrove terdiri dari api-api, bakau, nyirih, sentigi,
dan lain-lain ; tipe ekosistem pantai terdiri dari jeruju, ketapang, butun,
waru laut, cemara laut, pandan laut, dan lain-lain ; tipe ekosistem lamun
(seagrass) terdiri dari berbagai jenis lamun.
b.
Fauna
Fauna
yang menjadi spesies unggulan daerah provinsi DKI Jakarta adalah Elang Bondol (Haliaetus indus).
Mengingat
jumlah populasi Elang Bondol yang terus menurun, maka usaha penyelamatan
terhadap species ini mutlak diperlukan untuk menghindari kepunahan. Keberadaan
flora juga menentukan habitat dari beberapa satwa yang memiliki ketergantungan
terhadapnya. Adapun jenis-jenis fauna yang dilindungi menurut undang-undang di
Provinsi DKI Jakarta diantaranya adalah ular sanca, biawak, penyu sisik, penyu
hijau, kucing hutan, lumba-lumba, berbagai jenis koral dan berbagai jenis
burung.
Sedangkan
Satwa liar yang terdapat pada lokasi hutan kota di Provinsi DKI Jakarta
meliputi jenis burung air Raja Udang (Halcyon chloris), Burung Empri (Longchura
sp) dan beberapa jenis kadal (Mabuai sp), biawak (Varanussalvator), ular tanah,
ular air, tikus (Raffus sp) dan katak. Sedangkan beberapajenis serangga yang
ditemukan meliputi kupu-kupu kuning, belalang, gangsir dan orong-orong.
BAB II
KONDISI MANUSIA
1. Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk
di wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebanyak 10.187.595 jiwa dengan
tingkat kepadatan penduduk 15.381 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi DKI Jakarta masih
bertumpu di Kota Jakarta Timur
yakni sebesar 28,73 persen dan Kota Jakarta Barat sebesar 22,19 persen
sedangkan yang terendah Kabupaten
Kepulauan Seribu sebesar 0,24. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi
tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Jakarta Pusat yakni sebanyak 23.346 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Kepulauan
Seribu dengan tingkat kepadatan penduduk
sebanyak 2866 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan
selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,40
persen lebih rendah dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju
pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kepulauan Seribu 2,02 persen sedangkan yang terendah di
Kabupaten Jakarta Pusat sebesar 0,27 persen.
Luas
Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2011
Kabupaten/Kota
|
Luas
(Km2)
|
Penduduk
(Jiwa)
|
Proporsi
Penduduk (%)
|
Kepadatan
penduduk(jiwa/km)
|
Kep. Seribu
|
8,70
|
24936
|
0,24
|
2866,2
|
Jakarta
Selatan
|
141,27
|
2135571
|
20,96
|
15116,9
|
Jakarta
Timur
|
188,03
|
2926732
|
28,73
|
15565,2
|
Jakarta
Pusat
|
48,13
|
1123670
|
11,03
|
23346,6
|
Jakarta
Barat
|
129,54
|
2260341
|
22,19
|
17449,0
|
Jakarta
Utara
|
146,66
|
1716345
|
16,85
|
11702,9
|
DKI JAKARTA
|
662,33
|
10187595
|
100
|
15381,4
|
Dari
data di atas menujukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terletak di daerah
Jakarta Timur, terdapatnya banyak penduduk di daerah tersebut dipengaruhi oleh
ada banyak nya pabrik industri di daerah Pulo Gadung dan perusahan tersebut
banyak membutuhkan tenaga kerja. Sehingga banyak warga yang bermukim di daerah
sekitar pabrik tersebut, membuat kepadatan penduduk di daerah Jakarta Timur
paling banyak penduduknya dari pada daerah Jakarta sekitarnya.
2. Rasio Jenis Kelamin menurut umur
No
|
Umur
|
Tahun 2012
|
Tahun 2013
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
jumlah
|
Org
|
Org
|
Org
|
Org
|
Org
|
Org
|
(01)
|
(02)
|
(03)
|
(04)
|
(05)
|
(06)
|
(07)
|
(08)
|
1
|
0-4
|
465.364
|
443.420
|
906.784
|
468.762
|
448.063
|
916.825
|
2
|
5-9
|
407.307
|
383.938
|
791.245
|
417.317
|
393.689
|
811.006
|
3
|
10-14
|
356.884
|
338.151
|
695.035
|
360.392
|
341.120
|
701.512
|
4
|
15-19
|
370.510
|
407.923
|
778.433
|
362.492
|
387.937
|
750.429
|
5
|
20-24
|
480.135
|
509.124
|
989.259
|
457.270
|
500.048
|
9957.318
|
6
|
25-19
|
574.101
|
555.037
|
1.129.138
|
562.595
|
548.035
|
1.110.630
|
7
|
30-34
|
543.532
|
510.691
|
1.054.223
|
522.214
|
520.646
|
1.072.860
|
8
|
35-39
|
456.072
|
426.061
|
882.133
|
464.372
|
435.183
|
899.555
|
9
|
40-44
|
382.194
|
359.902
|
742.096
|
389.735
|
368.017
|
757.752
|
10
|
45-49
|
310.661
|
302.966
|
613.627
|
321.116
|
311.317
|
632.433
|
11
|
50-54
|
241.779
|
243.409
|
485.188
|
251.307
|
253.349
|
504.656
|
12
|
55-59
|
180.524
|
178.078
|
358.602
|
188.860
|
188.849
|
377.709
|
13
|
60-64
|
119.378
|
117.871
|
237.249
|
128.252
|
126.344
|
254.596
|
14
|
65-69
|
75.148
|
76.876
|
152.024
|
78.468
|
81.201
|
159.996
|
15
|
70-74
|
45.116
|
48.292
|
93.408
|
48.080
|
51.032
|
99.112
|
16
|
75+
|
34.169
|
47.175
|
81.344
|
35.855
|
48.384
|
84.239
|
Jumlah
|
5.042.874
|
4.948.914
|
9.991.788
|
5.087.087
|
5.003.214
|
10.090.301
|
Tabel : penduduk menurut golongan umur dan jenis
kelamin
Provinsi :
DKI Jakarta
Tahun : 2012 dan 2013
Pertumbuhan 2001-2012 = presentase per tahun
|
0,99
|
0,11
|
Rasio jenis kelamin
|
101,90
|
101,68
|
Rasio ketergantungan umur:
Rasio ketergantungan anak:
Rasio ketergantungan usia lanjut :
|
37,44
32,94
4,49
|
37,88
33,20
4,69
|
Titik tengah umur (md)
|
29,21
|
29,74
|
Sumber : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 2013
Catatan : proyeksi sementara 201
Dari data tersebut, dapat kita lihat bahwa pada setiap
tahunnya pertumbuhan penduduk wilayah DKI Jakarta semakin bertambah. Dari
jumlah laki-laki dan perempuan masih lebih banyak yang berkelamin laki-laki.
3. Sejarah
Provinsi DKI Jakarta
Secara Etimologi Nama
Jakarta sudah digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut
wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1905.Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari
जयकृत),
yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah
(Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal
22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota
kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah
"kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha".
Bentuk lain
ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, João de
Barros, dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara
dengan nama lain Caravam (Karawang)". Sebuah dokumen (piagam) dari Banten
(k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah
wong Jaketra, demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat
Sultan Banten dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47) sebagaimana diteliti
Hoessein Djajadiningrat. Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut
Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).
Sunda
Kelapa (397–1527)
Jakarta pertama
kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda
Kalapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang
dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat
ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber
Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan
Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda
Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting
karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo
(dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti "ibu kota") dalam
tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara
pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5
dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Jayakarta
(1527–1619)
Bangsa Portugis
merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16,
Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk
mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan
serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya
permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan
oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana
Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum
pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung
menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi,
karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan
membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan
hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun
1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh
Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi
Jayakarta yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung
Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada
putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan
Banten.
Jakarta
(1945-sekarang)
Sebelum tahun
1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959,
status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali
kota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh
gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang
dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh
Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat
Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.
Semenjak
dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat
kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta.
Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung
permukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru,
Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga
banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik
negara seperti Perum Perumnas.
Pada masa
pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain
Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula
Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis
kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat
permukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok
Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta
Selatan.
Laju
perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada
awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi
pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa
kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus
bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti
banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.
4. Agama Masyarakat DKI Jakarta
Agama yang
dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada
tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen
Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[29]
Jumlah umat Buddha terlihat lebih banyak karena umat Konghucu juga ikut
tercakup di dalamnya.
5. Etnis Masyarakat DKI Jakarta
Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta
jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda
(15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%),
Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)
Jumlah penduduk
dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan
sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis
besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi
35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota.
Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak
menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang
Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti
Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung.
Orang Tionghoa
telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di
daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau
Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain
perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang
Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang. Disamping
etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya
perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.
Masyarakat dari
Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di
wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat
keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.
6. Kondisi
Budaya
a. Suku
Penduduk asli
DKI Jakarta adalah suku Betawi. Penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya
mempergunakan bahasa Betawi sebagai bahasa ibu, tinggal dan berkembang di
wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan
hasil dari campuran beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab
dan Portugis. Dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda, mereka
mencoba mencari identitas bersama dalam bentuk lingua franca bahasa Melayu yang
akhirnya terbentuk masyarakat homogen secara alamiah. Suku bangsa ini biasa
juga disebut Orang Betawi atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat
Jakarta). Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia". Nama
yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu.
Anggota suku
bangsa atau bangsa asing (dari luar Jakarta) tadi mulai berdiam di Jakarta pada
waktu yang berbeda-beda. Pendatang paling dahulu adalah orang Melayu, Jawa,
Bali, Bugis, Sunda, diikuti oleh anggota-anggota suku bangsa lainnya. Orang
asing yang datang sejak awal adalah orang Portugis, Cina, Belanda, Arab, India,
Inggris, dan Jerman. Unsur-unsur budaya kelompok etnik atau bangsa itu
berasimilasi dan melahirkan budaya baru yang tampak dalam bahasa, kesenian,
kepercayaan, cara berpakaian, makan, dan lain-lain.
b. Makanan
Banyak sekali
makanan khas di jakarta yang harus kita cicipi, mulai dari makanan yang
tradisional sampai kelas elite, makanan memang selalu di kembangkan oleh
pecipta kuliner.
Sebagai kota
metropolitan makanan DKI jakarta mempunyai ciri khas dengan makanan yang
memiliki rasa yang gurih. nah berikut adalah makana yanng harus anda coba jika
berkunjung ke DKI jakarta, Makanan-makanan khas dari Betawi / Jakarta di
antaranya adalah :
1.
Asinan
Asinan
yaitu sejenis makanan yang dibuat dengan cara pengacaran (melalui pengasinan
dengan garam atau pengasaman dengan cuka), bahan yang diacarkan yaitu berbagai
jenis sayuran dan buah-buahan.
Asinan
adalah salah satu hidangan khas seni Masakan Indonesia, Istilah asin mengacu
kepada proses pengawetan dengan merendam buah atau sayur dalam larutan campuran
air dan garam. Asinan ini hampir sama dengan rujak, perbedaan utamanya terletak
pada bahan rujak disajikan segar, sedangkan bahan asinan disajikan dalam
keadaan diasinkan atau diacar, Terdapat banyak jenis asinan, akan tetapi yang
paling terkenal adalah Asinan Jakarta.
2.
Ayam
Sampyok
Ayam
Sampyok merupakan hidangan unggulan betawi kota dengan sentuhan cita rasa
cina yang menyelimuti daging empuk ayam.
Perlu diketahui, dua layer proses “pembumbuan” dilakukan untuk mendapatkan rasa
lezat Ayam Sampyok ini. Sehingga sedap hingga ke dalam ayam terasa terus hingga
akhir santapan.
3.
Soto
Betawi
Soto
Betawi merupakan makanan khas Betawi yang cukup terkenal di Jakarta, dalam soto
ini terdapati campuran daging, jerohan sapi dan kuah santan kental yang
menjadikanya rasa menjadi lebih terasa gurih dan nikmat. Meski sejak dahulu
sudah ada berbagai varian Soto asli Betawi tetapi menurut catatan istilah soto
betawi ini mulai di kenal.
4.
Gabus
Pucung
Sayur
Gabus Pucung yaitu makanan yang terbuat dari buah pucung atau keluwek, Karena
di buat dengan buah pucung atau keluwek maka kuah dari Sayur Gabus Pucung
berwarna gelap agak kehitaman seperti halnya. Walaupun berwarna gelap tapi
kalau masalah rasa jangan di tanya apalagi di padukan dengan ikan gabus yang
empuk. namun sekarang sayur gabus ini sulit di dapat di jakarta karna populasi
ikan gabus sudah langka.
5.
Kerak
Telor
Kerak
telor merupakan makanan khas yang terkenal di Jakarta, dengan bahan-bahan beras
ketan putih, telur ayam, ebi (udang kering yang diasinkan) yang disangrai
kering ditambah bawang merah goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa
kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica butiran, garam dan gula
pasir, kerak telur merupakan makanan indonesia yang sudah go internasional.
c. Senjata
Betawi
memiliki senjata khasnya yaitu golok
betawi. Golok biasanya
digunakan oleh jawara sebagai senjata untuk membela diri. Namun hari ini
beberapa senjata tradisional digunakan untuk keperluan sehari-hari, misalnya
sebagai alat pertanian. Masyarakat Betawi kerap menggunakan golok sebagai
senjata atau perkakas mereka. Keberadaan golok di tengah masyarakat betawi
sanagt dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa Barat-Banten
Golok juga merupakan wujud fisik kebudayaan sinkretik, yang muncul
pada golok berwafak, atau wifik. Wafak adalah aksesori mistikal yang
unsur-unsumya adalah huruf dan angka Arab, serta gambar hewan. Jenis wafak pada
golok bukan pekerjaan pengrajin biasa, karena si pembuat dalam proses
pengerjaan harus selalu dalam keadaan suci, artinya tidak boleh ada hadas. Dan
sebelumnya yang bersangkutan harus berpuasa dulu. Begitulah persyaratan membuat
golok berwafak sebagai pusaka Betawi. Golok berwafak harus dirawat, setidaknya
secara teratur mengolesnya dengan minyak misik, atau buhur. Adapun gambar hewan
yang diwafak digolok mencerminkan kepercayaan orang Betawi akan hewan yang
dianggapnya keramat. Hewan yang paling difavoritkan adalah macan, misalnya
golok Mat Item juga berwafak gambar macan.
d.
Kesenian
1.
Ondel-ondel
Hingga sekarang, tak ada yang tahu mengapa arak-arakan boneka
berukuran besar itu dinamai Ondel-ondel. Tetapi jika ada yang bertanya mengenai
kesenian tradisional DKI Jakarta, jawaban pertama yang akan terlontar adalah
kesenian Ondel-ondel. Kiranya, ungkapan tersebut tidak berlebihan melihat
betapa melekatnya kesenian Ondel-ondel dengan masyarakat Jakarta, khususnya
Betawi. Setiap ada hajatan, arak-arakan Ondel-ondel tak pernah ketinggalan
memeriahkan pesta tersebut. Baik pesta besar, atau khitanan anak sekalipun.
Dilihat dari spontanitas dan segala kesederhanaan unsur Tari
Ondel-ondel, dapat dipastikan bahwa Ondel-ondel bukan berasal dari keanggunan
dan kemegahan istana. Boneka Ondel-ondel dibuat dari anyaman bambu dengan
tinggi sekitar 2,5 meter dan diameter kurang lebih 80 cm. Dibuat sedemikian
rupa agar orang yang memikul boneka tersebut leluasa. Rambutnya terbuat dari
ijuk dan kertas warna-warni. Ondel-ondel selalu diarak sepasang. Ondel-ondel
lelaki wajahnya berwarna merah, sedangkan wajah ondel-ondel perempuan berwarna
putih atau kuning.
Konon, bentuk Ondel-ondel adalah personifikasi dari leluhur
masyarakat Betawi yang senantiasa menjaga keturunannya dari gangguan roh halus.
Tidak heran kalau bentuk Ondel-ondel jaman dulu berkesan sangat menyeramkan.
Berbeda dengan ondel-ondel yang dapat dilihat saat ini, yang lebih berkesan
seperti sepasang ibu-bapak.Meski terjadi pergeseran fungsi, unsur ritual tak
sepenuhnya lepas dari tradisi Ondel-ondel. Pada proses pembuatan ondel-ondel
dilakukan secara tertib, ada waktu khusus untuk membuat Ondel-ondel. Baik waktu
membentuk wajahnya demikian pula ketika menganyam badannya dengan bambu.
Sebelum mulai membuat Ondel-ondel, biasanya disediakan sesajen yang
berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam,
asap kemenyan, dan sebagainya. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa
pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera
ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut.
Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat
main, senantias diadakan ritual. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan
rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara
demikian disebut ngukup. Sebenarnya tidak ada musik yang khusus untuk
mengiringi arakan Ondel-ondel. Terkadang Tanjidor, Kendang Pencak, Bende, atau
Rebana Ketimpring.
2.
Lenong
Betawi
Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20.
Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi
atas kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater
stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman
Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik
gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun
1920-an.Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita
yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon
panjang dan utuh.
Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari
kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung.
Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari
penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai
dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan
seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni
menjadi tontonan panggung.
Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian
lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman
Ismail Marzuki, Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan
tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua
atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.
Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui
televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun
1970-an. Beberapa seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya
adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen.
3.
Pencak
Silat
Betawi atau Jakarta memiliki jenis bela diri tersendiri yang
bernama Pencak Silat. Bela diri ini dimainkan oleh 2 orang yang memainkan
dengan menggunakan pakaian khas betawai yaitu menggunakan baju koko, ikat
pinggang khas betawi serta menggunakan peci. Biasanya bela diri ini dgunakan
sebagai perlengkapan pada acara pernikahan atau pentas lainnya.
4.
Musik
Ada beberpaka musik khas Jakarta diantaranya :
1.
Gambang
Kromong
Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat
dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti
alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara
alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul
dan gong. Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di
sekitaran daerah Tangerang.
2.
Tanjidor.
Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes.
Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan
biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik yang di tiup dengan,
alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini
digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah.
5.
Seni
Tari
Betawi atau Jakarta memiliki kesenian tari yang ada di daerah
tersebut, diantaranya :
a.
Tari
Topeng
Tari ini sudah
cukup lama di kenal sebagai tari tradisional asal betawi. Seni tari ini
biasanya di gelar saat ada pernikahan, acara sunatan dan membayar nazar. Dalam
Topeng Betawi, para penari memakai topeng dan bercerita lewat seni gerak. Kini
tari Topeng Betawi sudah banyak dikreasikan, sehingga Tarian Betawi pun semakin
beragam.
b.
Tari
Cokek Betawi
Tarian betawi yang satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah
peranakan tionghoa yang kaya rayaTarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang
Kromong. Pakaian tari Cokek Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina.
Ciri khasnya dari tari ini yaitu goyang pinggul yang geal-geol.
6.
Pakaian
Adat
Pakaian adat Jakarta di bagi menjadi pakaian adat untuk wanita dan
laiki-lali. Untuk laki-laki biasanya menggunakan baju koko, celana batik, kain
pelekat atau pun sarung yang di taruh di leher serta peci yang digunakan,
sedangkan wanita mengunakan baju kurung lengan pendek atau pun kebaya, dengan
menggunakan kain sarung batik dan menggunakan kerudung. Untuk pakaina saat
pernikahan pakaian laki-laki di buat Dandanan cara haji. Pakaian pengantin
laki-laki ini meliputi jubah dan tutup kepala, sedang kan bagi perempuan dibuat
dandanan ala nona Cina dengan blus berwarna cerah.Bawahannya menggunakan rok atau
disebut Kun yang berwarna gelap dengan model duyung. Warna yang sering
digunakan hitam atau merah hati. Sebagai pelengkap bagian kepala digunakan
kembang goyang dengan motif burung hong dengan sanggul palsu, dilengkapi dengan
cadar di bagian wajah.
BAB IV
ANALISIS SUMBER DAYA WILAYAH DKI JAKARTA
Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, terletak
pada 5°10' lintang selatan dan 106°49'
bujur timur, merupakan wilayah daratan yang
berbatasan di sebelah utara dengan Laut Jawa, di sebelah timur dengan Kabupaten Bekasi, di sebelah selatan dengan Kabupaten Bogor, dan di sebelah barat dengan
Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat.
DKI Jakarta terdiri atas wilayah yang
datar dan pulau-pulau dalam kelompok Kepulauan Seribu, dan sebagian besar
berada pada ketinggian antara 0-10 meter di
atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki 13 sungai alami dan buatan. Iklim DKI
Jakarta termasuk tropis lembab yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan angin muson timur dengan curah hujan yang
cukup tinggi rata-rata 2.000 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam
antara 27° Celsius-34,9° Celsius. Sebagai
wilayah dataran, beberapa kawasan di
DKI Jakarta merupakan kawasan yang rawan terhadap bencana banjir.
Prediksi
Jakarta tenggelam pada tahun 2030 bisa terjadi apabila pembangunan tidak
memperhatikan keseimbangan lingkungan, hal ini diperkuat dari penelitian Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Direktur Eksekutif Wahana
Lingkungan Hidup Indonesia. Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem
di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume
air, dimana tanah di DKI Jakarta dalam kondisi jenuh, cuaca ekstrem yang kerap
terjadi Jakarta menduduki posisi kedua bersama Ibukota Filipina, Manila dalam
daftar kota di Asia yang paling terancam akibat naiknya permukaan air laut,
badai dan perubahan iklim lainnya, dimana Ibukota Bangladesh, Dhaka berada di
peringkat pertama. Peringkat ini didasarkan studi World Wildlife Fund (WWF)
soal ancaman yang dihadapi 11 kota besar di Asia yang terletak di pinggir
pantai atau delta sungai.
Perubahan iklim
yang terjadi di DKI Jakarta tersebut sangatlah terpengaruhi dengan banyak nya
jumlah penduduk yang ada di daerah DKI Jakarta, dengan banyak nya penduduk
serta pemanasan global tanpa adanya keseimbangan yang dapat mengimbangi hal
tersebut maka sangatlah mungkin jika suhu di daerah DKI Jakarta sangatlah panas
jika di Musim Kemarau, selain karena daerah DKI
Jakarta dekat dengan laut. Hal sangat dapat di lakukan oleh pemerintah
dan masyarakat hendaknya untuk menambah lahan hijau di daerah DKI Jakarta dan
sedikit demi sedikit mengurangi efek volusi dan rumah kaca. Jenis tanah yang ada di wilayah DKI Jakarta merupakan
jenis tanah lempung karena adanya proses pengendapan dari sungai dan laut.
Sejenis tanah lempung yang merupakan tanah alluvial pengendapan sungai dan laut. iklim. Kota delta Jakarta dialiri oleh 13 aliran sungai dan
dipengaruhi oleh air pasang surut. Untuk mengantisipasi menurunnya tanah di daerah DKI Jakarta dapat dilakukan
Berdasarkan letaknya Kota Jakarta
termasuk dalam kota delta (delta city) yaitu kota yang berada pada muara
sungai. Kota delta umumnya berada di bawah permukaan laut, dan cukup rentan
terhadap perubahan dengan penanaman pohon mangroef di sekitar pinggiran laut untuk mencegah
terjadinnya erosi oleh air laut.
Luas lahan kritis di Provinsi DKI pada
tahun 2007 sebesar 525.463 ha (kritis 186.408 ha dan sangat kritis
339.055 ha), sedangkan paha tahun 2011 luas lahan kritis meningkat menjadi 589.229 ha (kritis
512.168 ha dan sangat kritis 77.061 ha). Salah satu upaya mengatasi kekritisan
lahan di wilayah Provinsi DKI Jakarta yaitu dengan melakukan kegiatan rehabilitasi
lahan kritis melalui sistem vegetatif. Pada Tahun 2010 kegiatan rehabilitasi lahan kritis
(sistem vegetatif) mencapai luasan 1.235,24 ha yang dilakukan dengan beberapa skema
yaitu : penanaman kawasan konservasi, penanaman yang dananya bersumber dari
APBD, penghijauan lingkungan, aksi gerakan perempuan tanam, pelihara dan tebar
pohon, penanaman sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responsibility)
BUMD/BUMS serta penanaman dari Kawasan
konservasi (daratan) yang ada di wilayah DKI Jakarta luasnya relatif kecil
yaitu hanya
seluas 227,34 ha. Kawasan konservasi tersebut dikelola oleh 2 UPT yaitu BKSDA DKI Jakarta dan BTN
Kepulauan Seribu.
Sebagai kota metropolitan dan ibukota
negara serta pusat perekonomian, DKI Jakarta memiliki berbagai keunggulan dibandingkan
propinsi lainnya, antara lain adalah tersedianya prasarana dan sarana yang
jumlah dan kualitas pelayanannya paling maju dan mutakhir. Selain itu,
keberadaan fasilitas pendidikan dasar sampai 'dengan pendidikan tinggi,
fasilitas kesehatan yang baik, serta keberadaan lembaga pemerintahan pusat,
lembaga tinggi dan tertinggi negara serta berbagai usaha industri dan jasa
telah menarik sumber daya manusia berkualitas tinggi maupun yang tidak memiliki
ketrampilan untuk bermukim di sini.
Sebagai kota metropolitan dengan
prasarana dan sarana kota yang lengkap dan baik serta merupakan pusat utama kegiatan
ekonomi di Indonesia, DKI Jakarta memiliki daya tarik yang besar bagi para pendatang
dari daerah lain sehingga mengakibatkan besarnya arus masuk penduduk ke DKI
Jakarta. Di pihak lain, kemampuan DKI Jakarta untuk menampung pertambahan
penduduk dalam jumlah besar, baik dalam penyediaan fasilitas permukiman maupun
lapangan kerja, adalah terbatas. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi DKI
Jakarta adalah meningkatkan
ketersediaan kesempatan kerja serta fasilitas permukiman dan
berbagai layanan sosial untuk memenuhi kebutuhan yang selalu
meningkat.
Hasil
pembangunan yang telah dicapai DKI Jakarta selama PJP I menjadi modal dan
peluang untuk meningkatkan pembangunan dalam Repelita VI dan PJP II. Perangkat
kebijaksanaan yang telah mantap, prasarana
dan sarana sosial ekonomi yang telah dibangun, kelembagaan yang telah
terbentuk dan berfungsi, peran serta masyarakat, khususnya dunia usaha yang
makin meningkat, dan stabilitas serta kondisi keamanan di DKI Jakarta yang
makin baik adalah modal dan peluang untuk
meningkatkan pembangunan.
DKI Jakarta sebagai ibukota negara serta
sebagai pintu gerbang internasional utama berfungsi pula sebagai pusat kegiatan
jasa-jasa dengan cakupan pelayanan internasional dan nasional, meliputi antara
lain perusahaan perdagangan, perbankan, asuransi dan lembaga keuangan lainnya,
transportasi, serta jasa pelayanan umum
lainnya. Dengan sarananya yang lengkap maka DKI Jakarta mampu bersaing dengan kota metropolitan di kawasan
Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN), dan memiliki potensi untuk lebih menggerakkan perekonomian DKI Jakarta dan
perekonomian nasional.
|
|
Potensi sumber daya provinsi
DKI JAKARTA
|
|
Ø
BAB V
KESIMPULAN
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI
Jakarta) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota
di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di Tatar
Pasundan, bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda
Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra
(1619-1942), Jakarta Tokubetsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di
dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih
populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City
(Big Apple) di Indonesia.
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52
km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).
Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,
merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai
pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya
kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini
juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor
sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara
Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di
Tanjung Priok.
SARAN
Untuk menjadikan wilayah DKI Jakarta yang
merupakan pusat ibukota negara Indonesia ini lebih maju dan dapat menjadi
pacuan kota – kota lain di Indonesia, pemerintah dan masyarakat harusnya dapat
bekerja sama dalam upaya pembangunan pembangunan yang sudah di rencanakan
bersama. Meningkatkan pembangunan dalam sumber daya kelautan serta perikanan
dan menjaga kelestarian lingkungan tidak membunagn sampah disembarang tempat,
tidak di sungai dan dapat membuat pendangkalan sungai yang menyebabkan banjir
terjadi di ibu kota. Membukan lapangan pekerjaan yang baru untuk mengurangi
tingkat pengangguran di wilayah DKI Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
1000warnaindonesia.blogspot.com
Kebudayaanindonesia.net
jakartapedia.bpadjakarta.net
LAMPIRAN
·
Pertanyaan
1.
Kenapa buadaya
bekasi dan Jakarta hampir sama? Oleh Nailul
2.
Bagaimana usaha
Pemerintah dalam mencegah terjadinya banjir di Jakarta? Oleh Dyah Ayu
3.
Kenapa kepulauan
seribu masih menjadi kabupaten sedangkan banyak sumber daya yang bisa
dikembangkan? Oleh Nita Nurjannah
·
Jawaban
1.
Jika dilihat dari
letak kota Bekasi dengan Jakarta yang berdekatan bahkan batas timur jakarta
adalah kota Bekasi. Jadi secara tidak langsung warga dari jakarta yang
bertempat tinggal di kota bekasi dapat mempengaruhi budaya masyarakat kota
Bekasi dan begitu sebaliknya.
2.
Usaha pemerintah
untuk mengatasi banjir adalah dengan membuka dan menambah ruang terbuka hijau,
menanam pohoh, menangani dengan membuat lubang resapan biropori (LRB), dan
menangani sampah dengan baik serta tidak mendirikan bangunan di sepanjang sisi
sungai. Sekarang pun pemerintah juga sudah mulai mengeksekusi warga yang
mendirikan rumaha dan bangunan disepanjang pinggiran sungai di Jakarta untuk
melalukakn pelebaran dan pendalaman sungai untuk usaha mencegah banjir. Jadi
disini bukan hanya pemerintah yang bergerak namun juga harus adanya kerja sama
dari pemerintah dan masyarakat DKI Jakarta.
3.
Karena walaupun
kepulauan seribu mempunyai ekonomi yang lumayan besar dari sektor pariwisata.
Kepulauan seribu belum mampu untuk dikatakan sebagai kota. Termasuk belum
memenuhi syarat untuk dikaatakan sebagai kota, maka dari itu kepulauan seribu masih
merupakan salah satu kabupaten di wilayah DKI Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar