Sabtu, 02 Januari 2016

Analisis Geografi Regional DKI JAKARTA

BAB I
LOKASI DAN LUAS WILAYAH

1.      Lokasi Absolut
DKI Jakarta merupakan daerah yang terletak di 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS dan 106° 22' 42" - 106° 58' 18"BT.

2.      Lokasi Relatif
Di sebelah selatan dan timur DKI Jakarta berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.

3.      Description: https://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/03/administrasi-dki-jakarta-a1-v3-1.jpgPeta Administrasi DKI Jakarta
Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara 142,20 km2, Jakarta Barat 126,15 km2, Jakarta Selatan 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif  Kepulauan Seribu 11,81 km2.
Di sebelah Utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah Barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah Utara dengan Laut Jawa.
a. Kota Administrasi Jakarta Pusat
1.       Kecamatan Gambir
2.       Kecamatan Tanah Abang
3.       Kecamatan Menteng
4.       Kecamatan Senen
5.       Kecamatan Cempaka Putih
6.       Kecamatan Johar Baru
7.       Kecamatan Kemayoran
8.       Kecamatan Sawah Besar
b.      Kota Administrasi  Jakarta Barat
1.       Kecamatan Cengkareng
2.       Kecamatan Grogol Petamburan
3.       Kecamatan Kalideres
4.       Kecamatan Kebon Jeruk
5.       Kecamatan Kembangan
6.       Kecamatan Palmerah
7.       Kecamatan Taman Sari
8.       Kecamatan Tambora
c.      Kota Administrasi Jakarta Selatan
1.       Kecamatan Kebayoran Baru
2.       Kecamatan Kebayoran Lama
3.       Kecamatan Pesanggrahan
4.       Kecamatan Cilandak
5.       Kecamatan Pasar Minggu
6.       Kecamatan Jagakarsa
7.       Kecamatan Mampang Prapatan
8.       Kecamatan Pancoran
9.       Kecamatan Tebet
10.   Kecamatan Setiabudi
d.      Kota Administrasi Jakarta Timur
1.       Kecamatan Matraman
2.       Kecamatan Pulo Gadung
3.       Kecamatan Jatinegara
4.       Kecamatan Duren Sawit
5.       Kecamatan Kramat Jati
6.       Kecamatan Makasar
7.       Kecamatan Pasar Rebo
8.       Kecamatan Ciracas
9.       Kecamatan Cipayung
e.       Kota Administrasi Jakarta Utara
1.       Kecamatan Koja
2.       Kecamatan Kelapa Gading
3.       Kecamatan Tanjung Priok
4.       Kecamatan Pademangan
5.       Kecamatan Penjaringan
6.       Kecamatan Cilincing
f.       Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
1.       Kecamatan Kepulauan Seribu Utara
2.       Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di Tatar Pasundan, bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), Jakarta Tokubetsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.



4.      Luas wilayah
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.














BAB II
KONDISI FISIK/ALAM PROVINSI DKI JAKARTA
1.      Iklim
            Wilayah provinsi DKI Jakarta termasuk tipe iklim C dan D menurut klasifikasi iklim Schmit Ferguson dengan curah hujan rata-rata sepanjang tahun 2.000 mm. Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 27°C dengan kelembaban antara 80% sampai 90%. Temperatur tahunan maksimum 32°C dan minimum 22°C. Kecepatan angin rata-rata 11,2 km/jam.

Pada saat ini di DKI Jakarta telah mengalami dampak dari perubahan iklim diantaranya dengan meningkatnya permukaan air laut. Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), panel ahli untuk isu perubahan iklim, dalam 100 tahun terakhir telah terjadi peningkatan permukaan air laut setinggi 10-25 Cm, sementara diperkirakan bahwa pada tahun 2100 mendatang akan terjadi peningkatan air laut setinggi 15-95 Cm (Greenpeace, 1988). Perubahan iklim juga menyebabkan negara-negara kepulauan seperti Karibia, Fiji, Samoa, Vanuatu, Jepang, Filipina serta Indonesia terancam tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Ini berarti Jakarta yang masuk dalam dataran rendah akan ikut menuai akibatnya.
Dari hasil pemantauan suhu yang dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada titik pemantauan Stasiun Meteorologi Kemayoran menunjukkan bahwa rata-rata suhu udara di Jakarta setiap bulannya berubah-ubah.
Selama tahun 2012 suhu rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 27,7 OC dan tertinggi pada bulan Desember yaitu sebesar 30,8 OC, apabila dibandingkan dengan tahun 2011 suhu rata-rata terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 27,4 OC dan tertinggi pada bulan September yaitu sebesar 29,3 OC, dan juga apabila dibandingkan dengan tahun 2010, rata-rata suhu terendah terjadi pada bulan September dan Desember yaitu 27,4 OC dan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 29,5 OC.
 maka pada tahun 2012 suhu rata-rata di Provinsi DKI Jakarta telah terjadi peningkatan baik suhu terendah maupun suhu tertinggi, hal ini menunjukan bahwa telah adanya peningkatan perubahan iklim di Indonesia dalam kurun waktu selama 3 tahun dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah :
Suhu Udara Rata-rata Tahunan PROVINSI DKI JAKARTA tahun 2013
Description: http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD2013/Docs/Lap_SLHD/Images/Tabel59.png
Sumber                  :Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
Keterangan           : Kantor Pusat Badan Meteorologi dan Geofisika terdapat di wilayah Jakarta Utara, hasil pemantauan dapat digunakan sebagai penghitungan suhu rata-rata bulanan di Provinsi DKI Jakarta

Selain suhu, yang mempengaruhi iklim adalah curah hujan. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011 curah hujan terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 16,50 mm dan pada bulan September sebesar 26,30 mm dan pada bulan Desember sebesar 17,90 mm, maka tahun 2010 musim penghujan terjadi pada bulan Januari dan bulan Oktober, maka wilayah provinsi DKI Jakarta, untuk tahun 2012 curah hujan rata-rata terjadi hujan setiap bulan, kecuali bulan Agustus, sedangkan untuk tahun 2013 hujan terjadi mulai bulan Januari sampai dengan bulan Mei dan terjadi hujan lagi pada bulan November sampai dengan Desember hal ini menandakan bahwa pada tahun 2013 sesuai dengan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika untuk wilayah provinsi DKI Jakarta telah terjadi musim penghujan. Untuk lebih jelasnya tentang kondisi curah hujan di DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel dibawah :




Curah Hujan Rata-rata Bulanan PROVINSI DKI JAKARTA tahun 2013
Description: http://bplhd.jakarta.go.id/SLHD2013/Docs/Lap_SLHD/Images/Tabel60.png
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat dipastikan dengan adanya perubahan iklim tersebut diatas maka fenomena terjadinya banjir rob yang akhir-akhir ini sering terjadi di DKI Jakarta, bisa diakibatkan dari adanya perubahan iklim tersebut diatas, selain juga diakibatkan penurunan permukaan tanah, dimana dari hasil penelitian Dinas Pertambangan Provinsi DKI Jakarta dengan ITB yang menunjukkan bahwa rata-rata penurunan tanah di DKI Jakarta adalah 1,4261 Cm, hal tersebut terjadi akibat dari adanya eksploitasi air tanah dan berat beban bangunan.

2.      Topografi

            Berdasarkan keadaan tofografinya, wilayah Provinsi DKI Jakarta dikategorikan sebagai daerah datar dan landai. Ketinggian tanah dari pantai sampai ke banjir kanal berkisar antara 0-10 m di atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas paling Selatan di wilayah Provinsi DKI Jakarta antara 5-50 m di atas permukaan laut. Daerah pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang selalu tergenang air pada musim hujan. Di daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50-75 m.

Wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 (tujuh) meter di atas permukaan laut. Namun, sekitar 40 persen wilayah Jakarta berupa dataran yang permukaan tanahnya berada 1 - 1,5 meter di bawah muka laut pasang. Seluruh wilayah Jakarta merupakan dataran alluvial, yang materi tanahnya merupakan endapan hasil pengangkutan aliran permukaan dan air sungai yang mengalir pada wilayah tersebut.
Di samping itu, wilayah Jakarta terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada kurang lebih 50 meter di bawah permukaan tanah di mana bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedangkan dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 kilometer. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium.

Provinsi DKI Jakarta juga memiliki wilayah pesisir yang cukup luas, yaitu sekitar 155,01 km2. Wilayah ini membentang dari timur sampai barat sepanjang kurang lebih 35 km, dan menjorok ke darat antara 4 sampai dengan 10 km. Wilayah pesisir Jakarta merupakan pantai beriklim panas dengan rata-rata suhu 28,50C dan rata-rata kelembaban 72 persen.

Provinsi DKI Jakarta memiliki pulau-pulau kecil yang terletak di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Pulau-pulau di wilayah ini memiliki luas beragam, sebanyak 45 persen berukuran kurang dari 5 hektar, sebanyak 25 persen memiliki luas antara 5-10 hektar, dan hanya 30 persen yang luasnya lebih dari 10 hektar. Pulau-pulau memanjang dari utara ke selatan dengan ciri-ciri berpasir putih dan bergosong karang, iklim tropika panas dan kelembaban berkisar antara 75-99 persen.

Dari pulau-pulau kecil tersebut, pulau yang dihuni oleh penduduk hanya berjumlah 11 pulau. Berdasarkan letaknya Kota Jakarta termasuk dalam kota delta (delta city) yaitu kota yang berada pada muara sungai. Kota delta umumnya berada di bawah permukaan laut, dan cukup rentan terhadap perubahan iklim. Kota delta Jakarta dialiri oleh 13 aliran sungai dan dipengaruhi oleh air pasang surut.

Tiga belas sungai dan dua kanal yang melewati Jakarta sebagian besar berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di Teluk Jakarta. Tiga belas sungai tersebut yaitu: Kali Mookervart, Kali Angke, Kali Pesanggrahan, Kali Grogol, Kali Krukut, Kali Baru Barat, Kali Ciliwung, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Baru Timur, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Sedangkan 2 (dua) kanal besar yang ada yaitu Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur.

3.      Jenis Tanah
Secara umum, karakteristik keteknikan tanah dan batuan daerah Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 4 karakteristik utama, yaitu:

a.       Pasir Lempung dan Lempung Pasiran
Merupakan endapan aluvial sungai dan pantai, berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lanau lempungan, lanau pasiran, dan lempung pasiran. Semakin ke arah utara mendekati pantai, di permukaan berupa lanau pasiran dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapan antara berselang-seling lapisannya berkisar antara 3-12 m, namun ketebalan secara keseluruhan endapan ini diperkirakan mencapai 300 m. Lanau lempungan tersebar secara dominan di permukaan, abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, setempat mengandung material organik, lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi. Lanau pasiran, kuning keabuan, teguh, plastisitas sedang-tinggi

b.      Satuan Pasir Lempung
Endapan pematang pantai berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari berselang-seling lanau pasiran dan pasir lempungan. Tebal endapan antara 4,5 – 13 m. Di permukaan di dominasi oleh pasir lempungan, dengan warna coklat muda dan mudah terurai. Pasir berbutir halus-sedang, mengandung lempung, setempat kerikilan dan pecahan cangkang kerang. Lanau pasiran berwarna kelabu kecoklatan, lunak, plasitisitas sedang.

c.       Satuan Lempung Pasiran dan Pasir Lempungan
Endapan limpah banjir sungai. Satuan ini tersusun berselang-seling antara lempung pasiran dan pasir lempungan. Lempung pasiran umumnya berwarna abu-abu kecoklatan, coklat, dengan plasitisitas sedang, konsistensi lunak-teguh. Pasir lempungan berwarna abu-abu, angka lepas, berukuran pasir halus-kasar, merupakan endapan alur sungai dengan ketebalan 1,5 – 17 m.



d.      Lempung Lanauan dan Lanau Pasiran
Endapan kipas aluvial vulkanik (tanah tufa dan konglomerat), berangsur-angsur dari atas ke bawah terdiri dari lempung lanauan dan lanau pasiran dengan tebal palisan antara 3 – 13,5 m. Lempung lanauan tersebar secara dominan di permukaan, coklat kemerahan hingga coklat kehitaman, lunak-teguh, plasitisitas tinggi. Lanau pasiran, merah-kecoklatan, teguh, plasitisitas sedang-tinggi. Tufa dan konglomerat melapuk menengah – tinggi, putih kecoklatan, berbutir pasir halus-kasar, agak padu dan rapuh.

4.      Geomorfologi
Geomorfologi Jakarta atas dasar proses genesanya dapat dibagi menjadi dua satuan morfologi, yakni:

1.      Dataran Pantai
Dataran Pantai dicirikan dengan permukaan yang relatif datar, dengan ketinggian 0-15 m dapl, lebar 7-40 km, meliputi tanggul pematang pantai, daerah rawa, dan dataran delta. Dataran ini dikenal juga sebagai Dataran Rendah Jakarta.Proses terjadinya dataran rendah tempat bertumpunya kota Jakarta dan sekitarnya, menurut Verstappen (1953), lebih muda daripada pembentukan daerah di bagian selatan, dengan gunung-gunung yang terbentang dari Banten Selatan hingga Periangan Timur. Terjadinya Dataran Rendah Jakarta dan sekitarnya akibat proses pengendapan bahan-bahan vulkanis yang berasal dari gunung api Salak, Pangrango, dan Gede.
Bahan-bahan ini kemudian dibawa arus sungai seperti Cisadane, Angke, Ciliwung, dan Bekasi yang bermuara di pantai utara Jawa, sehingga terbentuk lapisan-lapisan tanah alluvial yang disebut kipas alluvial. Menurut Verstappen (1953: 67-79), dataran rendah Jakarta dan sekitarnya telah berusia sekitar 5.000 tahun.

2.      Kipas Gunung Api Bogor
Kipas Gunung Api Bogor menyebar dari selatan ke utara, dengan Bogor sebagai puncaknya. Satuaan morfologi ini ditempati rempah-rempah gunung api berupa tuf, konglomerat, dan breksi yang sebagian telah mengalami pelapukan kuat, berwarna merah kecoklatan. (Bemmelen,1949:654).

5.      Penggunaan Lahan
a.      Sumber daya Lahan
            Luas kawasan hutan dan perairan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan tahun 2009 di Wilayah DKI Jakarta tercatat sekitar 108.475,45 hekar atau 0,08 persen dari total nasional. Proporsi penggunaan kawasan hutan dan perairan terluas adalah Kawasan Suaka Alan dan Pelestarian Alam (perairan) seluas 108.000 hektar atau sekitar 99,56 persen dari total kawasan hutan di DKI Jakarta dan Kawasan Suaka Alan dan Pelestarian Alam (Kws. Hutan) seluas 272,34 hektar. Sementara untuk penggunaan lainnya relatif kecil hutan lidung seluas 44,76 hektar dan hutan produksi seluas 158,35 hektar.

b.      Pertanian dan Pangan
Produksi padi DKI Jakarta tahun 2013 sebesar 12.451 ton meningkat dibandingkan tahun 2012 (11.044 ton) atau sekitar 0,02 persen dari produksi padi nasional, dengan tingkat produktifitas padi tahun 2013 sebesar 60,97 kw/ha lebih tinggi dibandingkan terhadap rata-rata produktivitas nasional (51,50 kw/ha).

c.       Perikanan dan kelautan
Produksi perikanan dan kelautan Provinsi DKI Jakarta meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan tangkap tahun 2012 sebesar 180198 Ton berasal dari perikanan tangkap laut. Sementara untuk produksi perikanan budidaya terbesar adalah budidaya di laut sebesar 26.726 ton dan budidaya kolam sebesar 5.617 ton.








6.      Flora dan Fauna
a.       Flora
Description: C:\Users\USER\Downloads\Salak Condet.jpg

Salak Condet atau Salacca Edulis Cognita  adalah salah satu jenis buah yang sangat terkenal dari Jakarta. Salak condet sendiri memiliki nama belakang Condet karena banyak tumbuh dan tersebar di daerah Condet. Tepatnya di sekitar Kelurahan Balekambang, kelurahan Batu Ampar dan Kelurahan Gedong, Jakarta Timur. Faktanya, hingga saat ini Salak Condet masih digunakan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai lambang resmi daerah bersama dengan Elang Bondol yang terlihat sedang mencengkram Salak Condet pada lambang tersebut. Salak yang juga terlihat pada Brand Logo transjakarta ini kondisinya sangat memprihatinkan dan terancam mengalami kepunahan. Tidak jelas berapa sisa dari salak Condet tersebut. Data empiris memperlihatkan bahwa di tiga kelurahan tersebut sudah bukan lagi menjadi lahan yang memadai bagi tumbuhan termasuk bagi Salak Condet. Tata kelola lahan yang tidak seimbang antara lahan tutupan dengan lahan produktif bagi tanaman menjadi akar permasalahannya. Sebagian besar lahan di wilayah Kelurahan Balekambang, Kelurahan Batu Ampar dan Kelurahan Gedong telah dimanfaatkan sebagai lahan perumahan penduduk.
Description: C:\Users\USER\Downloads\mangrove.jpg

Kawasan hutan di Provinsi DKI Jakarta memiliki keanekaragaman hayati yang bervariasi sesuai tipe ekosistemnya. Berbagai tipe ekosistem tersebut adalah ekosistem mangrove untuk hutan produksi dan lindung serta ekosistem perairan laut, mangrove, pesisir pantai, lamun dan daratan/terestrial untuk kawasan konservasi. Keanekaragaman flora yang terdapat di kawasan hutan Provinsi DKI Jakarta antara lain : tipe ekosistem mangrove terdiri dari api-api, bakau, nyirih, sentigi, dan lain-lain ; tipe ekosistem pantai terdiri dari jeruju, ketapang, butun, waru laut, cemara laut, pandan laut, dan lain-lain ; tipe ekosistem lamun (seagrass) terdiri dari berbagai jenis lamun.

b.      Fauna
Fauna yang menjadi spesies unggulan daerah provinsi DKI Jakarta adalah Elang Bondol  (Haliaetus indus).

Description: C:\Users\USER\Downloads\elang bondol.jpg

Mengingat jumlah populasi Elang Bondol yang terus menurun, maka usaha penyelamatan terhadap species ini mutlak diperlukan untuk menghindari kepunahan. Keberadaan flora juga menentukan habitat dari beberapa satwa yang memiliki ketergantungan terhadapnya. Adapun jenis-jenis fauna yang dilindungi menurut undang-undang di Provinsi DKI Jakarta diantaranya adalah ular sanca, biawak, penyu sisik, penyu hijau, kucing hutan, lumba-lumba, berbagai jenis koral dan berbagai jenis burung.
Sedangkan Satwa liar yang terdapat pada lokasi hutan kota di Provinsi DKI Jakarta meliputi jenis burung air Raja Udang (Halcyon chloris), Burung Empri (Longchura sp) dan beberapa jenis kadal (Mabuai sp), biawak (Varanussalvator), ular tanah, ular air, tikus (Raffus sp) dan katak. Sedangkan beberapajenis serangga yang ditemukan meliputi kupu-kupu kuning, belalang, gangsir dan orong-orong.























BAB II
KONDISI MANUSIA

1.      Kondisi Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebanyak 10.187.595 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 15.381 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi DKI Jakarta masih bertumpu di Kota Jakarta Timur yakni sebesar 28,73 persen dan Kota Jakarta Barat sebesar 22,19 persen sedangkan yang terendah Kabupaten Kepulauan Seribu sebesar 0,24. Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Jakarta Pusat yakni sebanyak 23.346 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Kepulauan Seribu dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 2866 jiwa per Km2. Dilihat dari sisi laju pertumbuhan selama sepuluh tahun terakhir (2000-2010) Provinsi DKI Jakarta sebesar 1,40 persen lebih rendah dari pertumbuhan nasional penduduk nasional (1,49%). Sementara untuk laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota tertinggi terdapat di Kepulauan Seribu 2,02 persen sedangkan yang terendah di Kabupaten Jakarta Pusat sebesar 0,27 persen.

Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2011
Kabupaten/Kota
Luas
       (Km2)
Penduduk
(Jiwa)
Proporsi Penduduk (%)
Kepadatan penduduk(jiwa/km)
Kep. Seribu
8,70
24936
0,24
2866,2
Jakarta Selatan
141,27
2135571
20,96
15116,9
Jakarta Timur
188,03
2926732
28,73
15565,2
Jakarta Pusat
48,13
1123670
11,03
23346,6
Jakarta Barat
129,54
2260341
22,19
17449,0
Jakarta Utara
146,66
1716345
16,85
11702,9
DKI JAKARTA
662,33
10187595
100
15381,4


Dari data di atas menujukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak terletak di daerah Jakarta Timur, terdapatnya banyak penduduk di daerah tersebut dipengaruhi oleh ada banyak nya pabrik industri di daerah Pulo Gadung dan perusahan tersebut banyak membutuhkan tenaga kerja. Sehingga banyak warga yang bermukim di daerah sekitar pabrik tersebut, membuat kepadatan penduduk di daerah Jakarta Timur paling banyak penduduknya dari pada daerah Jakarta sekitarnya.


























2.      Rasio Jenis Kelamin menurut umur
No
Umur
Tahun 2012
Tahun 2013
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
jumlah
Org
Org
Org
Org
Org
Org
(01)
(02)
(03)
(04)
(05)
(06)
(07)
(08)
1
0-4
465.364
443.420
906.784
468.762
448.063
916.825
2
5-9
407.307
383.938
791.245
417.317
393.689
811.006
3
10-14
356.884
338.151
695.035
360.392
341.120
701.512
4
15-19
370.510
407.923
778.433
362.492
387.937
750.429
5
20-24
480.135
509.124
989.259
457.270
500.048
9957.318
6
25-19
574.101
555.037
1.129.138
562.595
548.035
1.110.630
7
30-34
543.532
510.691
1.054.223
522.214
520.646
1.072.860
8
35-39
456.072
426.061
882.133
464.372
435.183
899.555
9
40-44
382.194
359.902
742.096
389.735
368.017
757.752
10
45-49
310.661
302.966
613.627
321.116
311.317
632.433
11
50-54
241.779
243.409
485.188
251.307
253.349
504.656
12
55-59
180.524
178.078
358.602
188.860
188.849
377.709
13
60-64
119.378
117.871
237.249
128.252
126.344
254.596
14
65-69
75.148
76.876
152.024
78.468
81.201
159.996
15
70-74
45.116
48.292
93.408
48.080
51.032
99.112
16
75+
34.169
47.175
81.344
35.855
48.384
84.239
Jumlah
5.042.874
4.948.914
9.991.788
5.087.087
5.003.214
10.090.301
Tabel  : penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin
Provinsi : DKI Jakarta
Tahun : 2012 dan 2013

Pertumbuhan 2001-2012 = presentase per tahun
0,99
0,11
Rasio jenis kelamin
101,90
101,68
Rasio ketergantungan umur:
Rasio ketergantungan anak:
Rasio ketergantungan usia lanjut :
37,44
32,94
4,49
37,88
33,20
4,69
Titik tengah umur (md)
29,21
29,74

Sumber            : Badan Pusat Statistik DKI Jakarta 2013
Catatan            : proyeksi sementara 201
Dari data tersebut, dapat kita lihat bahwa pada setiap tahunnya pertumbuhan penduduk wilayah DKI Jakarta semakin bertambah. Dari jumlah laki-laki dan perempuan masih lebih banyak yang berkelamin laki-laki.
3.      Sejarah Provinsi DKI Jakarta

Secara Etimologi Nama Jakarta sudah digunakan sejak masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905.Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata Jayakarta (Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha".
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis, João de Barros, dalam Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "Xacatara dengan nama lain Caravam (Karawang)". Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi Van der Tuuk juga telah menyebut istilah wong Jaketra, demikian pula nama Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat Sultan Banten dan Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47) sebagaimana diteliti Hoessein Djajadiningrat. Laporan Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut Pangeran Wijayakrama sebagai koning van Jacatra (raja Jakarta).

Sunda Kelapa (397–1527)

Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda yang bernama Sunda Kalapa, berlokasi di muara Sungai Ciliwung. Ibu kota Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh Pakuan Pajajaran atau Pajajaran (sekarang Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti "ibu kota") dalam tempo dua hari. Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.

Jayakarta (1527–1619)

Bangsa Portugis merupakan Bangsa Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang Sunda dalam cerita pantun seloka Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda di sana termasuk syahbandar pelabuhan. Penetapan hari jadi Jakarta tanggal 22 Juni oleh Sudiro, wali kota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh Fatahillah pada tahun 1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi Jayakarta yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di Kesultanan Banten.

Jakarta (1945-sekarang)

Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.

Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung permukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti Kebayoran Baru, Cempaka Putih, Pulo Mas, Tebet, dan Pejompongan. Pusat-pusat permukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara seperti Perum Perumnas.

Pada masa pemerintahan Soekarno, Jakarta melakukan pembangunan proyek besar, antara lain Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, dan Monumen Nasional. Pada masa ini pula Poros Medan Merdeka-Thamrin-Sudirman mulai dikembangkan sebagai pusat bisnis kota, menggantikan poros Medan Merdeka-Senen-Salemba-Jatinegara. Pusat permukiman besar pertama yang dibuat oleh pihak pengembang swasta adalah Pondok Indah (oleh PT Pembangunan Jaya) pada akhir dekade 1970-an di wilayah Jakarta Selatan.

Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir, kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.



4.      Agama Masyarakat DKI Jakarta
Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[29] Jumlah umat Buddha terlihat lebih banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya.

5.      Etnis Masyarakat DKI Jakarta
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung.
Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang. Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.
Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.
6.      Kondisi Budaya

a.      Suku
Penduduk asli DKI Jakarta adalah suku Betawi. Penduduk asli Jakarta dengan ciri utamanya mempergunakan bahasa Betawi sebagai bahasa ibu, tinggal dan berkembang di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Terbentuk sekitar abad ke-17, merupakan hasil dari campuran beberapa suku bangsa seperti Bali, Sumatera, China, Arab dan Portugis. Dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda-beda, mereka mencoba mencari identitas bersama dalam bentuk lingua franca bahasa Melayu yang akhirnya terbentuk masyarakat homogen secara alamiah. Suku bangsa ini biasa juga disebut Orang Betawi atau Orang Jakarta (atau Jakarte menurut logat Jakarta). Nama "Betawi" berasal dari kata "Batavia". Nama yang diberikan oleh Belanda pada zaman penjajahan dahulu.

Anggota suku bangsa atau bangsa asing (dari luar Jakarta) tadi mulai berdiam di Jakarta pada waktu yang berbeda-beda. Pendatang paling dahulu adalah orang Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Sunda, diikuti oleh anggota-anggota suku bangsa lainnya. Orang asing yang datang sejak awal adalah orang Portugis, Cina, Belanda, Arab, India, Inggris, dan Jerman. Unsur-unsur budaya kelompok etnik atau bangsa itu berasimilasi dan melahirkan budaya baru yang tampak dalam bahasa, kesenian, kepercayaan, cara berpakaian, makan, dan lain-lain.











b.      Makanan

Banyak sekali makanan khas di jakarta yang harus kita cicipi, mulai dari makanan yang tradisional sampai kelas elite, makanan memang selalu di kembangkan oleh pecipta kuliner.
Sebagai kota metropolitan makanan DKI jakarta mempunyai ciri khas dengan makanan yang memiliki rasa yang gurih. nah berikut adalah makana yanng harus anda coba jika berkunjung ke DKI jakarta, Makanan-makanan khas dari Betawi / Jakarta di antaranya adalah :

1.      Asinan

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizurpS7oOf9C10bUG12zxB1qVEiGakp7lZounGbeXj6bNdPHwFtMediE-KOZpZiHcxGPOM5Bmb1mINn7d1hW_pi_-Z2641iyY6prgMaZt1RL8o_JScZJLnrfNwKkGYYXBDPFv7x009uN4/s1600/Asinan+jakarta+yang+terkenal.jpeg






Asinan yaitu sejenis makanan yang dibuat dengan cara pengacaran (melalui pengasinan dengan garam atau pengasaman dengan cuka), bahan yang diacarkan yaitu berbagai jenis sayuran dan buah-buahan.
Asinan adalah salah satu hidangan khas seni Masakan Indonesia, Istilah asin mengacu kepada proses pengawetan dengan merendam buah atau sayur dalam larutan campuran air dan garam. Asinan ini hampir sama dengan rujak, perbedaan utamanya terletak pada bahan rujak disajikan segar, sedangkan bahan asinan disajikan dalam keadaan diasinkan atau diacar, Terdapat banyak jenis asinan, akan tetapi yang paling terkenal adalah Asinan Jakarta.




2.      Ayam Sampyok

Description: Makanan Khas DKI Jakarta Yang Terkenal

Ayam Sampyok merupakan hidangan unggulan betawi kota dengan sentuhan cita rasa cina  yang menyelimuti daging empuk ayam. Perlu diketahui, dua layer proses “pembumbuan” dilakukan untuk mendapatkan rasa lezat Ayam Sampyok ini. Sehingga sedap hingga ke dalam ayam terasa terus hingga akhir santapan.

3.      Soto Betawi

Description: Makanan Khas DKI Jakarta Yang Terkenal








Soto Betawi merupakan makanan khas Betawi yang cukup terkenal di Jakarta, dalam soto ini terdapati campuran daging, jerohan sapi dan kuah santan kental yang menjadikanya rasa menjadi lebih terasa gurih dan nikmat. Meski sejak dahulu sudah ada berbagai varian Soto asli Betawi tetapi menurut catatan istilah soto betawi ini mulai di kenal.


4.      Gabus Pucung
Description: http://www.tokomesin.com/wp-content/uploads/2015/09/ikan-gabus-pucung.jpg








Sayur Gabus Pucung yaitu makanan yang terbuat dari buah pucung atau keluwek, Karena di buat dengan buah pucung atau keluwek maka kuah dari Sayur Gabus Pucung berwarna gelap agak kehitaman seperti halnya. Walaupun berwarna gelap tapi kalau masalah rasa jangan di tanya apalagi di padukan dengan ikan gabus yang empuk. namun sekarang sayur gabus ini sulit di dapat di jakarta karna populasi ikan gabus sudah langka.

5.      Kerak Telor

Description: http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/06/40/1f/b0/kerak-telor-i-love-indonesia.jpg







Kerak telor merupakan makanan khas yang terkenal di Jakarta, dengan bahan-bahan beras ketan putih, telur ayam, ebi (udang kering yang diasinkan) yang disangrai kering ditambah bawang merah goreng, lalu diberi bumbu yang dihaluskan berupa kelapa sangrai, cabai merah, kencur, jahe, merica butiran, garam dan gula pasir, kerak telur merupakan makanan indonesia yang sudah go internasional.
c.       Senjata

Betawi  memiliki senjata khasnya yaitu golok betawi. Golok biasanya digunakan oleh jawara sebagai senjata untuk membela diri. Namun hari ini beberapa senjata tradisional digunakan untuk keperluan sehari-hari, misalnya sebagai alat pertanian. Masyarakat Betawi kerap menggunakan golok sebagai senjata atau perkakas mereka. Keberadaan golok di tengah masyarakat betawi sanagt dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa Barat-Banten

            Golok juga merupakan wujud fisik kebudayaan sinkretik, yang muncul pada golok berwafak, atau wifik. Wafak adalah aksesori mistikal yang unsur-unsumya adalah huruf dan angka Arab, serta gambar hewan. Jenis wafak pada golok bukan pekerjaan pengrajin biasa, karena si pembuat dalam proses pengerjaan harus selalu dalam keadaan suci, artinya tidak boleh ada hadas. Dan sebelumnya yang bersangkutan harus berpuasa dulu. Begitulah persyaratan membuat golok berwafak sebagai pusaka Betawi. Golok berwafak harus dirawat, setidaknya secara teratur mengolesnya dengan minyak misik, atau buhur. Adapun gambar hewan yang diwafak digolok mencerminkan kepercayaan orang Betawi akan hewan yang dianggapnya keramat. Hewan yang paling difavoritkan adalah macan, misalnya golok Mat Item juga berwafak gambar macan.













d.      Kesenian

1.      Ondel-ondel

Description: http://jktsocial.xyz/wp-content/uploads/2015/10/pahaja_Ondel-Ondel.jpg










            Hingga sekarang, tak ada yang tahu mengapa arak-arakan boneka berukuran besar itu dinamai Ondel-ondel. Tetapi jika ada yang bertanya mengenai kesenian tradisional DKI Jakarta, jawaban pertama yang akan terlontar adalah kesenian Ondel-ondel. Kiranya, ungkapan tersebut tidak berlebihan melihat betapa melekatnya kesenian Ondel-ondel dengan masyarakat Jakarta, khususnya Betawi. Setiap ada hajatan, arak-arakan Ondel-ondel tak pernah ketinggalan memeriahkan pesta tersebut. Baik pesta besar, atau khitanan anak sekalipun.

            Dilihat dari spontanitas dan segala kesederhanaan unsur Tari Ondel-ondel, dapat dipastikan bahwa Ondel-ondel bukan berasal dari keanggunan dan kemegahan istana. Boneka Ondel-ondel dibuat dari anyaman bambu dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan diameter kurang lebih 80 cm. Dibuat sedemikian rupa agar orang yang memikul boneka tersebut leluasa. Rambutnya terbuat dari ijuk dan kertas warna-warni. Ondel-ondel selalu diarak sepasang. Ondel-ondel lelaki wajahnya berwarna merah, sedangkan wajah ondel-ondel perempuan berwarna putih atau kuning.

            Konon, bentuk Ondel-ondel adalah personifikasi dari leluhur masyarakat Betawi yang senantiasa menjaga keturunannya dari gangguan roh halus. Tidak heran kalau bentuk Ondel-ondel jaman dulu berkesan sangat menyeramkan. Berbeda dengan ondel-ondel yang dapat dilihat saat ini, yang lebih berkesan seperti sepasang ibu-bapak.Meski terjadi pergeseran fungsi, unsur ritual tak sepenuhnya lepas dari tradisi Ondel-ondel. Pada proses pembuatan ondel-ondel dilakukan secara tertib, ada waktu khusus untuk membuat Ondel-ondel. Baik waktu membentuk wajahnya demikian pula ketika menganyam badannya dengan bambu.

            Sebelum mulai membuat Ondel-ondel, biasanya disediakan sesajen yang berisi bubur merah putih, rujak-rujakan tujuh rupa, bunga-bungaan tujuh macam, asap kemenyan, dan sebagainya. Demikian pula ondel-ondel yang sudah jadi, biasa pula disediakan sesajen dan dibakari kemenyan, disertai mantera-mantera ditujukan kepada roh halus yang dianggap menunggui ondel-ondel tersebut.

            Sebelum dikeluarkan dari tempat penyimpanan, bila akan berangkat main, senantias diadakan ritual. Pembakaran kemenyan dilakukan oleh pimpinan rombongan, atau salah seorang yang dituakan. Menurut istilah setempat upacara demikian disebut ngukup. Sebenarnya tidak ada musik yang khusus untuk mengiringi arakan Ondel-ondel. Terkadang Tanjidor, Kendang Pencak, Bende, atau Rebana Ketimpring.












2.      Lenong Betawi

Description: http://tangseltoday.com/wp-content/uploads/2015/11/lenong-betawi.jpg

            Lenong berkembang sejak akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti "komedi bangsawan" dan "teater stambul" yang sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal sejak tahun 1920-an.Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan utuh.

            Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung. Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela. Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni menjadi tontonan panggung.

            Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.

            Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen.

3.      Pencak Silat

Description: http://images.solopos.com/2015/04/silat-media-tumblr-com.jpg

            Betawi atau Jakarta memiliki jenis bela diri tersendiri yang bernama Pencak Silat. Bela diri ini dimainkan oleh 2 orang yang memainkan dengan menggunakan pakaian khas betawai yaitu menggunakan baju koko, ikat pinggang khas betawi serta menggunakan peci. Biasanya bela diri ini dgunakan sebagai perlengkapan pada acara pernikahan atau pentas lainnya.











4.      Musik
            Ada beberpaka musik khas Jakarta diantaranya :

1.      Gambang Kromong
Description: http://karyabetawi.com/wp-content/uploads/2014/07/20140625_175812.jpg



           
           

            Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong. Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang.

2.      Tanjidor.

Description: http://jakarta.panduanwisata.id/files/2015/02/tanjidor-3.jpg
           
            Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik yang di tiup dengan, alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah.
5.      Seni Tari

            Betawi atau Jakarta memiliki kesenian tari yang ada di daerah tersebut, diantaranya :
a.       Tari Topeng
Description: http://romlah.com/wp-content/uploads/2015/10/tari_topeng_betawi-810x539.jpg







Tari ini sudah cukup lama di kenal sebagai tari tradisional asal betawi. Seni tari ini biasanya di gelar saat ada pernikahan, acara sunatan dan membayar nazar. Dalam Topeng Betawi, para penari memakai topeng dan bercerita lewat seni gerak. Kini tari Topeng Betawi sudah banyak dikreasikan, sehingga Tarian Betawi pun semakin beragam.

b.      Tari Cokek Betawi
Description: http://www.satuharapan.com/uploads/pics/news_216_1418178647.JPG


           





            Tarian betawi yang satu ini dibawa oleh para cukong atau tuan tanah peranakan tionghoa yang kaya rayaTarian cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong. Pakaian tari Cokek Betawi agak mirip dengan tarian-tarian di Cina. Ciri khasnya dari tari ini yaitu goyang pinggul yang geal-geol.

6.      Pakaian Adat
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg18jBdsJr6NpX_NQQRqEnnzx4gw1xKyOuuNNWakD6QLVF0uYGqxBECNytWbXjbafy-RA3ZTMOUasLsm-SbqOdQZntd5lf_wuIIGBR2-7-nakwO0vwjr_G9qeMBL-Vyj4TXUdECIBGzYtgA/s1600/pakaian+adat+betawi.jpg











Pakaian adat Jakarta di bagi menjadi pakaian adat untuk wanita dan laiki-lali. Untuk laki-laki biasanya menggunakan baju koko, celana batik, kain pelekat atau pun sarung yang di taruh di leher serta peci yang digunakan, sedangkan wanita mengunakan baju kurung lengan pendek atau pun kebaya, dengan menggunakan kain sarung batik dan menggunakan kerudung. Untuk pakaina saat pernikahan pakaian laki-laki di buat Dandanan cara haji. Pakaian pengantin laki-laki ini meliputi jubah dan tutup kepala, sedang kan bagi perempuan dibuat dandanan ala nona Cina dengan blus berwarna cerah.Bawahannya menggunakan rok atau disebut Kun yang berwarna gelap dengan model duyung. Warna yang sering digunakan hitam atau merah hati. Sebagai pelengkap bagian kepala digunakan kembang goyang dengan motif burung hong dengan sanggul palsu, dilengkapi dengan cadar di bagian wajah.





BAB IV
ANALISIS SUMBER DAYA WILAYAH DKI JAKARTA

Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, terletak pada 5°10' lintang selatan dan 106°49' bujur timur, merupakan wilayah daratan yang berbatasan di sebelah utara dengan Laut Jawa, di sebelah timur dengan Kabupaten Bekasi, di sebelah selatan dengan Kabupaten Bogor, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Tangerang, Propinsi Jawa Barat.
DKI Jakarta terdiri atas wilayah yang datar dan pulau-pulau dalam kelompok Kepulauan Seribu, dan sebagian besar berada pada ketinggian antara 0-10 meter di atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki 13 sungai alami dan buatan. Iklim DKI Jakarta termasuk tropis lembab yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan angin muson timur dengan curah hujan yang cukup tinggi rata-rata 2.000 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam antara 27° Celsius-34,9° Celsius. Sebagai wilayah dataran, beberapa kawasan di DKI Jakarta merupakan kawasan yang rawan terhadap bencana banjir.
Prediksi Jakarta tenggelam pada tahun 2030 bisa terjadi apabila pembangunan tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan, hal ini diperkuat dari penelitian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Dengan adanya perubahan iklim menyebabkan hujan ekstrem di Ibu Kota berdampak pada kondisi tanah yang tidak lagi bisa menampung volume air, dimana tanah di DKI Jakarta dalam kondisi jenuh, cuaca ekstrem yang kerap terjadi Jakarta menduduki posisi kedua bersama Ibukota Filipina, Manila dalam daftar kota di Asia yang paling terancam akibat naiknya permukaan air laut, badai dan perubahan iklim lainnya, dimana Ibukota Bangladesh, Dhaka berada di peringkat pertama. Peringkat ini didasarkan studi World Wildlife Fund (WWF) soal ancaman yang dihadapi 11 kota besar di Asia yang terletak di pinggir pantai atau delta sungai.
Perubahan iklim yang terjadi di DKI Jakarta tersebut sangatlah terpengaruhi dengan banyak nya jumlah penduduk yang ada di daerah DKI Jakarta, dengan banyak nya penduduk serta pemanasan global tanpa adanya keseimbangan yang dapat mengimbangi hal tersebut maka sangatlah mungkin jika suhu di daerah DKI Jakarta sangatlah panas jika di Musim Kemarau, selain karena daerah DKI  Jakarta dekat dengan laut. Hal sangat dapat di lakukan oleh pemerintah dan masyarakat hendaknya untuk menambah lahan hijau di daerah DKI Jakarta dan sedikit demi sedikit mengurangi efek volusi dan rumah kaca. Jenis tanah yang ada di wilayah DKI Jakarta merupakan jenis tanah lempung karena adanya proses pengendapan dari sungai dan laut. Sejenis tanah lempung yang merupakan tanah  alluvial pengendapan sungai dan laut. iklim. Kota delta Jakarta dialiri oleh 13 aliran sungai dan dipengaruhi oleh air pasang surut. Untuk mengantisipasi menurunnya tanah di daerah DKI Jakarta dapat dilakukan Berdasarkan letaknya Kota Jakarta termasuk dalam kota delta (delta city) yaitu kota yang berada pada muara sungai. Kota delta umumnya berada di bawah permukaan laut, dan cukup rentan terhadap perubahan dengan penanaman pohon mangroef di sekitar pinggiran laut untuk mencegah terjadinnya erosi oleh air laut.  
Luas lahan kritis di Provinsi DKI pada tahun 2007 sebesar 525.463 ha (kritis 186.408 ha dan sangat kritis 339.055 ha), sedangkan paha tahun 2011 luas lahan kritis meningkat menjadi 589.229 ha (kritis 512.168 ha dan sangat kritis 77.061 ha). Salah satu upaya mengatasi kekritisan lahan di wilayah Provinsi DKI Jakarta yaitu dengan melakukan kegiatan rehabilitasi lahan kritis melalui sistem vegetatif. Pada Tahun 2010 kegiatan rehabilitasi lahan kritis (sistem vegetatif) mencapai luasan 1.235,24 ha yang dilakukan dengan beberapa skema yaitu : penanaman kawasan konservasi, penanaman yang dananya bersumber dari APBD, penghijauan lingkungan, aksi gerakan perempuan tanam, pelihara dan tebar pohon, penanaman sebagai bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) BUMD/BUMS serta penanaman dari Kawasan konservasi (daratan) yang ada di wilayah DKI Jakarta luasnya relatif kecil yaitu hanya seluas 227,34 ha. Kawasan konservasi tersebut dikelola oleh 2 UPT yaitu BKSDA DKI Jakarta dan BTN Kepulauan Seribu.
Sebagai kota metropolitan dan ibukota negara serta pusat perekonomian, DKI Jakarta memiliki berbagai keunggulan di­bandingkan propinsi lainnya, antara lain adalah tersedianya prasa­rana dan sarana yang jumlah dan kualitas pelayanannya paling maju dan mutakhir. Selain itu, keberadaan fasilitas pendidikan dasar sampai 'dengan pendidikan tinggi, fasilitas kesehatan yang baik, serta keberadaan lembaga pemerintahan pusat, lembaga tinggi dan tertinggi negara serta berbagai usaha industri dan jasa telah menarik sumber daya manusia berkualitas tinggi maupun yang tidak memiliki ketrampilan untuk bermukim di sini.

            Sebagai kota metropolitan dengan prasarana dan sarana kota yang lengkap dan baik serta merupakan pusat utama kegiatan ekonomi di Indonesia, DKI Jakarta memiliki daya tarik yang besar bagi para pendatang dari daerah lain sehingga mengakibatkan besarnya arus masuk penduduk ke DKI Jakarta. Di pihak lain, kemampuan DKI Jakarta untuk menampung pertambahan penduduk dalam jumlah besar, baik dalam penyediaan fasilitas permukiman maupun lapangan kerja, adalah terbatas. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi DKI Jakarta adalah meningkatkan ketersediaan kesempatan kerja serta fasilitas per­mukiman dan berbagai layanan sosial untuk memenuhi kebutuhan yang selalu meningkat.
   Hasil pembangunan yang telah dicapai DKI Jakarta selama PJP I menjadi modal dan peluang untuk meningkatkan pemba­ngunan dalam Repelita VI dan PJP II. Perangkat kebijaksanaan yang telah mantap, prasarana dan sarana sosial ekonomi yang telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi, peran serta masyarakat, khususnya dunia usaha yang makin meningkat, dan stabilitas serta kondisi keamanan di DKI Jakarta yang makin baik adalah modal dan peluang untuk meningkatkan pembangunan.
DKI Jakarta sebagai ibukota negara serta sebagai pintu gerbang internasional utama berfungsi pula sebagai pusat kegiatan jasa-jasa dengan cakupan pelayanan internasional dan nasional, meliputi antara lain perusahaan perdagangan, perbankan, asuransi dan lembaga keuangan lainnya, transportasi, serta jasa pelayanan umum lainnya. Dengan sarananya yang lengkap maka DKI Jakarta mampu bersaing dengan kota metropolitan di kawasan Association  of Southeast Asian Nations (ASEAN), dan memiliki potensi untuk lebih menggerakkan perekonomian DKI Jakarta dan perekonomian nasional.



Potensi sumber daya provinsi
DKI JAKARTA
 
 

 




























Ø  
























BAB V
KESIMPULAN

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di Tatar Pasundan, bagian barat laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), Jakarta Tokubetsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti J-Town, atau lebih populer lagi The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding New York City (Big Apple) di Indonesia.
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011). Wilayah metropolitan Jakarta (Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni Bandara Soekarno–Hatta dan Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di Tanjung Priok.
SARAN
Untuk menjadikan wilayah DKI Jakarta yang merupakan pusat ibukota negara Indonesia ini lebih maju dan dapat menjadi pacuan kota – kota lain di Indonesia, pemerintah dan masyarakat harusnya dapat bekerja sama dalam upaya pembangunan pembangunan yang sudah di rencanakan bersama. Meningkatkan pembangunan dalam sumber daya kelautan serta perikanan dan menjaga kelestarian lingkungan tidak membunagn sampah disembarang tempat, tidak di sungai dan dapat membuat pendangkalan sungai yang menyebabkan banjir terjadi di ibu kota. Membukan lapangan pekerjaan yang baru untuk mengurangi tingkat pengangguran di wilayah DKI Jakarta
DAFTAR PUSTAKA

1000warnaindonesia.blogspot.com
Kebudayaanindonesia.net
jakartapedia.bpadjakarta.net



















LAMPIRAN

·         Pertanyaan
1.      Kenapa buadaya bekasi dan Jakarta hampir sama? Oleh Nailul
2.      Bagaimana usaha Pemerintah dalam mencegah terjadinya banjir di Jakarta? Oleh Dyah Ayu
3.      Kenapa kepulauan seribu masih menjadi kabupaten sedangkan banyak sumber daya yang bisa dikembangkan? Oleh Nita Nurjannah

·         Jawaban
1.      Jika dilihat dari letak kota Bekasi dengan Jakarta yang berdekatan bahkan batas timur jakarta adalah kota Bekasi. Jadi secara tidak langsung warga dari jakarta yang bertempat tinggal di kota bekasi dapat mempengaruhi budaya masyarakat kota Bekasi dan begitu sebaliknya.
2.      Usaha pemerintah untuk mengatasi banjir adalah dengan membuka dan menambah ruang terbuka hijau, menanam pohoh, menangani dengan membuat lubang resapan biropori (LRB), dan menangani sampah dengan baik serta tidak mendirikan bangunan di sepanjang sisi sungai. Sekarang pun pemerintah juga sudah mulai mengeksekusi warga yang mendirikan rumaha dan bangunan disepanjang pinggiran sungai di Jakarta untuk melalukakn pelebaran dan pendalaman sungai untuk usaha mencegah banjir. Jadi disini bukan hanya pemerintah yang bergerak namun juga harus adanya kerja sama dari pemerintah dan masyarakat DKI Jakarta.
3.      Karena walaupun kepulauan seribu mempunyai ekonomi yang lumayan besar dari sektor pariwisata. Kepulauan seribu belum mampu untuk dikatakan sebagai kota. Termasuk belum memenuhi syarat untuk dikaatakan sebagai kota, maka dari itu kepulauan seribu masih merupakan salah satu kabupaten di wilayah DKI Jakarta.

TAGS ** PENJUAL SEPATU IMPORT ONLINE SHOP TERPERCAYA
                 GROSIR SEPATU BRANDED TERMURAH
                 TOKO SEPATU SPORTS WANITA DAN PRIA IMPORT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar